Kalau kata Efek Rumah Kaca 'murung itu sungguh indah, melembutkan butir darah'. Tapi menurut saya untuk hari ini, Nyampah itu Sungguh Indah, Melembutkan Butir Darah.
Hari ini, saya telah menjalani UAS satu mata kuliah yang bernama Kebudayaan Indonesia. Sebenernya mata kuliah ini menarik banget (gaya pake banget)...zzz, ya tapi menurut saya memang beneran menarik karena mempelajari kebudayaan Indonesia yang selama ini gak begitu saya ketahui, ternyata kalau diselami agak mendalam sangatlah menarik.
Salah satu pelajaran yang saya ingat dan menarik perhatian saya ialah ketika satu sesi kita belajar mengenai kebudayaan Batak, bukan bermaksud primordialis nih, cuma sebagai orang Batak, saya sendiri juga gak begitu tau tentang spesifikasi Suku Batak itu sendiri, contohnya, orang batak itu asalnya banyak, ada batak simalungun, batak toba, batak karo, batak pak-pak, batak mandailing, dan lainnya. Terus di Batak itu ada ruh-ruh yang masih disembah sama masyarakat pedalamannya , ruh-ruh tersebut disebut 'Begu', terus Begu itu ada bermacam-macam deh pokoknya. Dan memiliki tingkat kekuatan yang berbeda-beda , bahkan sampai sekarang masih banyak loh orang yang menyembah ruh-ruh tersebut. baiklah.
Nah kembali pada UAS, tadi UASnya bener-bener membuat saya ingin menangis, ini beneran loh, sang dosen memberikan pertanyaan mendetail tentang segala macam yang memang pernah beliau terangkan, untuk pelajaran ini, sebenarnya salah satu dosen (kenapa salah satu, karena dosen mata kuliah ini terdiri dari dua orang) menyajikan catatan melulu, secara monoton (menurut gue) cuma nyateeetttttt aja, jadi metode dan prinsip beliau adalah "kuliah itu adalah mencatat" , baiklah, saya kira anggapan dan metode seperti ini sudah berakhir ketika saya melewati fase kelas 2 SMP.................
Tadi sang dosen membawa dua ajudan, dan emang phisicaly seperti ajudan dengan badan tegap dan besar-besar, saya yang sebelumnya berusaha menenangkan diri dengan cara sendiri (????) akhirnya bener-bener gak bisa tenang karena berasa mau UAS aja kok kayak mau ujian seleksi masuk PNS? yasudahlah, mungkin tadi hampir satu kelas pucat pasi seperti nasi basi yang menahan tangis dalam UAS yang mengintimidasi. Tapi lain kali saran saya untuk dosen-dosen pengawas ujian, "Gak perlu pak/bu bawa-bawa ajudan, dipelototin dosen aja kita mahasiswa udah cukup keringet dingin kok, terima kasih."
Setelah setengah waktu mengerjakan UAS, kertas gue itu masih nyaris bersih, bener-bener bingung apa yang harus di jawab, cumaaa, dengan kebaikan nasib yang ada dan pencerahan kiri-kanan, akhirnya gue bisa mengerjakan UAS dengan sedikit gugup, karena apapun yang terjadi tadi, tetep aja gue berasa gak yakin dengan hsil UAS tersebut, dan yang paling ditakuti oleh mahasiswa pada umumnya adalah Tidak Lulus Mata Kuliah, Ya Tuhaaaannn jangan sampe, amin!!
UAS pun berhasil saya selesaikan dalam waktu dua jam, padahal kalo dipikir lagi, 40 soal pilihan ganda dan 5 isian, serta 5 essay itu bisa 45 dikerjakan kalo emang ngerti mau ngisi apa, tapi berhubung saya sendiri gak ngerti apa-apa, yaudah 1 jam nyampah, sisanya liat-liat ilham dari sekitar. Ya, nyampah dalam bentuk bengong-bengong, gambar-gambar, dan mencoba nulis-nulis karakter cina (Hanzi). *^#@%*
Setelah selesai UAS, kelas pun bubar, sindrom depresi setelah UAS pun muncul di sana-sini, akhir kata, saya bersama Citra Hariyanti (teman satu jurusan tapi lebih mirip dosen sih perawakannya) yang gak punya arah tujuan, akhirnya memutuskan untuk nyampah, luntang-lantung sana sini gak jelas arah mau dibawa ke mana.
Tujuan pertama adalah PIM, rencananya pengen makan yoghurt, berhubung si Citra lagi diet, jadi dia gak mau makan apa-apa, dan waktu makan yoghurt aja dia mesen yang sugar free. Tapi, setelah makan yoghurt, ternyata dia masih merasa lapar, dan singgahlah kita akhirnya di satu tempat makan bergaya Victorian, dan Citra memesan salad, dan gue merasa dijebak, disuruh mesen spaghetti yang berlumuran minyak, karena laper juga, yaudahlah makan apakek gitu terserah, dan penyesalan selalu datang belakangan, merasa kalori sudah bertumpuk di dalam tubuh. Setelah kekenyangan? kembali bengong, ngantuk, dan nyampah.
Setelah dari PIM, masih belum puas juga makan, akhirnya kita ke suatu tempat mengopi di bilangan Cipete, Black Canyon, rekomendasi baik untuk duduk diam dan ngopi.
Oke sebenernya esensi dari nyampah itu ya sama aja, gak ada kerjaan, tapi nyari-nyari kerjaan, haha. Dan tidak selamanya nyampah itu tabu kok, buktinya, kami senang :)
Hari ini, saya telah menjalani UAS satu mata kuliah yang bernama Kebudayaan Indonesia. Sebenernya mata kuliah ini menarik banget (gaya pake banget)...zzz, ya tapi menurut saya memang beneran menarik karena mempelajari kebudayaan Indonesia yang selama ini gak begitu saya ketahui, ternyata kalau diselami agak mendalam sangatlah menarik.
Salah satu pelajaran yang saya ingat dan menarik perhatian saya ialah ketika satu sesi kita belajar mengenai kebudayaan Batak, bukan bermaksud primordialis nih, cuma sebagai orang Batak, saya sendiri juga gak begitu tau tentang spesifikasi Suku Batak itu sendiri, contohnya, orang batak itu asalnya banyak, ada batak simalungun, batak toba, batak karo, batak pak-pak, batak mandailing, dan lainnya. Terus di Batak itu ada ruh-ruh yang masih disembah sama masyarakat pedalamannya , ruh-ruh tersebut disebut 'Begu', terus Begu itu ada bermacam-macam deh pokoknya. Dan memiliki tingkat kekuatan yang berbeda-beda , bahkan sampai sekarang masih banyak loh orang yang menyembah ruh-ruh tersebut. baiklah.
*******
Nah kembali pada UAS, tadi UASnya bener-bener membuat saya ingin menangis, ini beneran loh, sang dosen memberikan pertanyaan mendetail tentang segala macam yang memang pernah beliau terangkan, untuk pelajaran ini, sebenarnya salah satu dosen (kenapa salah satu, karena dosen mata kuliah ini terdiri dari dua orang) menyajikan catatan melulu, secara monoton (menurut gue) cuma nyateeetttttt aja, jadi metode dan prinsip beliau adalah "kuliah itu adalah mencatat" , baiklah, saya kira anggapan dan metode seperti ini sudah berakhir ketika saya melewati fase kelas 2 SMP.................
Tadi sang dosen membawa dua ajudan, dan emang phisicaly seperti ajudan dengan badan tegap dan besar-besar, saya yang sebelumnya berusaha menenangkan diri dengan cara sendiri (????) akhirnya bener-bener gak bisa tenang karena berasa mau UAS aja kok kayak mau ujian seleksi masuk PNS? yasudahlah, mungkin tadi hampir satu kelas pucat pasi seperti nasi basi yang menahan tangis dalam UAS yang mengintimidasi. Tapi lain kali saran saya untuk dosen-dosen pengawas ujian, "Gak perlu pak/bu bawa-bawa ajudan, dipelototin dosen aja kita mahasiswa udah cukup keringet dingin kok, terima kasih."
Setelah setengah waktu mengerjakan UAS, kertas gue itu masih nyaris bersih, bener-bener bingung apa yang harus di jawab, cumaaa, dengan kebaikan nasib yang ada dan pencerahan kiri-kanan, akhirnya gue bisa mengerjakan UAS dengan sedikit gugup, karena apapun yang terjadi tadi, tetep aja gue berasa gak yakin dengan hsil UAS tersebut, dan yang paling ditakuti oleh mahasiswa pada umumnya adalah Tidak Lulus Mata Kuliah, Ya Tuhaaaannn jangan sampe, amin!!
UAS pun berhasil saya selesaikan dalam waktu dua jam, padahal kalo dipikir lagi, 40 soal pilihan ganda dan 5 isian, serta 5 essay itu bisa 45 dikerjakan kalo emang ngerti mau ngisi apa, tapi berhubung saya sendiri gak ngerti apa-apa, yaudah 1 jam nyampah, sisanya liat-liat ilham dari sekitar. Ya, nyampah dalam bentuk bengong-bengong, gambar-gambar, dan mencoba nulis-nulis karakter cina (Hanzi). *^#@%*
Setelah selesai UAS, kelas pun bubar, sindrom depresi setelah UAS pun muncul di sana-sini, akhir kata, saya bersama Citra Hariyanti (teman satu jurusan tapi lebih mirip dosen sih perawakannya) yang gak punya arah tujuan, akhirnya memutuskan untuk nyampah, luntang-lantung sana sini gak jelas arah mau dibawa ke mana.
Tujuan pertama adalah PIM, rencananya pengen makan yoghurt, berhubung si Citra lagi diet, jadi dia gak mau makan apa-apa, dan waktu makan yoghurt aja dia mesen yang sugar free. Tapi, setelah makan yoghurt, ternyata dia masih merasa lapar, dan singgahlah kita akhirnya di satu tempat makan bergaya Victorian, dan Citra memesan salad, dan gue merasa dijebak, disuruh mesen spaghetti yang berlumuran minyak, karena laper juga, yaudahlah makan apakek gitu terserah, dan penyesalan selalu datang belakangan, merasa kalori sudah bertumpuk di dalam tubuh. Setelah kekenyangan? kembali bengong, ngantuk, dan nyampah.
Setelah dari PIM, masih belum puas juga makan, akhirnya kita ke suatu tempat mengopi di bilangan Cipete, Black Canyon, rekomendasi baik untuk duduk diam dan ngopi.
Oke sebenernya esensi dari nyampah itu ya sama aja, gak ada kerjaan, tapi nyari-nyari kerjaan, haha. Dan tidak selamanya nyampah itu tabu kok, buktinya, kami senang :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar