Pementasan ini cukup berkesan bagi saya secara personal karena saya ikut terlibat di dalamnya. Hehe. Walaupun bukan pemain, tapi saya sebagai tim pemusik sudah mulai merasakan letihnya latihan untuk pementasan ini sejak dua bulan sebelum pertunjukkan. Capek? pasti. Awalnya latihan hanya diadakan hari Jumat. Mulai 7 malam sampai........gak tentu, paling cepat 11 malam. Tapi, semakin mendekati pementasan, latihan pun semakin intensif. Kemudian, sekitar tiga minggu sebelum pementasan, latihan pun mulai diadakan setiap hari. Selesai latihan bukan lagi jam 11, tapi bisa sampe jam 3 pagi. Wow. (Jelas capek. Pulang kuliah, nunggu di kampus sampe jam 7 malem, terus latihan, sampe jam 1 atau 2, paling lama jam 3 pagi, kalo ada waktu kosong nyolong-nyolong ngerjain tugas. )
Tapi semua capek itu kemudian terbayar dengan adanya keluarga baru yang memberi saya banyak pembelajaran, ilmu, cerita, cinta, dan semangat luar biasa. Sebelum pementasan, saya pingin ini cepet kelar kalo ngebayangin bagaimana hecticnya setiap hari, tapi begitu pementasan berakhir, saya mulai kangen. Kangen suasana 9204 sama orang-orangnya, kangen FIB waktu malam menjelang subuh, kangen ketawa ngeliatin akting orang-orang ciamik, dan tentunya kangen sama tim musik yang super sabaaaaar, super hebat, dan superhero. Kita di musik cuma ber-4, terdiri dari (ki-ka): Awan, saya sendiri, Rizky, Mas Asep.
Salut untuk keluarga besar Teater Sastra Universitas Indonesia. Lanjutkan berkarya, menyenangkan bersama kalian.
"Kritis bukan berarti tukang kritik" -oleh: URI (Universitas Robot Indonesia)- Sketsa Robot